Kerajaan Champa: Sejarah dan Hubungan dengan Nusantara

Kerajaan Champa: Sejarah dan Hubungan dengan Nusantara

gozolt.com – Kerajaan Champa: Sejarah dan Hubungan dengan Nusantara. Kerajaan Champa adalah salah satu kerajaan maritim yang berpengaruh di Asia Tenggara, terletak di wilayah yang kini dikenal sebagai Vietnam tengah. Meskipun memiliki sejarah panjang dan dampak signifikan terhadap budaya dan perdagangan di kawasan ini, Kerajaan Champa sering kali kurang mendapat perhatian dalam sejarah umum. Berdiri sejak abad ke-2 hingga abad ke-15, Champa menjadi pusat budaya, agama, dan perdagangan yang menghubungkan wilayah Asia dengan Nusantara. Artikel ini mengulas sejarah Kerajaan Champa dan menjelaskan hubungan kuatnya dengan Nusantara yang membentuk berbagai aspek sosial, ekonomi, dan budaya di kedua kawasan.

Awal Berdirinya Kerajaan Champa

Kerajaan Champa diperkirakan berdiri sekitar abad ke-2 Masehi, didirikan oleh kelompok etnis Cham yang berasal dari Austronesia. Terletak di pantai Vietnam tengah, Champa berkembang sebagai kerajaan maritim dan pusat perdagangan regional. Wilayahnya mencakup kota-kota penting seperti Indrapura, Vijaya, Amaravati, dan Kauthara yang berperan besar dalam budaya dan politik kerajaan.

Seiring berkembangnya kerajaan ini, pengaruh agama Hindu dan Budha masuk melalui hubungan perdagangan dengan India dan wilayah lain di Asia Tenggara. Hal ini terlihat jelas dalam arsitektur candi-candi Cham yang ditemukan di Vietnam tengah, yang menampilkan patung dan relief dewa-dewi Hindu, terutama Wisnu dan Siwa. Agama Hindu menjadi agama utama di Champa, sementara Budha juga dianut oleh sebagian masyarakat kerajaan ini.

Peran Champa sebagai Pusat Perdagangan Maritim

Champa menjadi pusat perdagangan maritim yang menghubungkan India, China, dan Nusantara. Letaknya yang strategis di Laut Cina Selatan membuatnya menjadi titik perhentian bagi pedagang yang berlayar dari India menuju China, dan sebaliknya. Pedagang dari Champa juga aktif melakukan perdagangan dengan Nusantara, terutama dengan kerajaan-kerajaan di Sumatra, Jawa, dan Kalimantan.

Barang-barang yang diperdagangkan di Champa termasuk rempah-rempah, kayu cendana, gading, serta kain sutra dan perhiasan dari India dan China. Melalui perdagangan ini, Champa memperkuat hubungannya dengan Nusantara, bahkan beberapa kerajaan di Nusantara, seperti Sriwijaya dan Majapahit, memiliki ikatan diplomatik dan perdagangan dengan Champa. Pengaruh budaya, bahasa, dan seni dari Nusantara pun terlihat di Champa, yang menunjukkan hubungan erat antara kedua kawasan ini.

Kerajaan Champa: Sejarah dan Hubungan dengan Nusantara

Hubungan Budaya dan Agama antara Kerajaan Champa dan Nusantara

Hubungan budaya antara Champa dan Nusantara sangat erat, terutama terlihat dalam bidang agama dan seni. Agama Hindu yang di anut oleh masyarakat Champa juga di ikuti oleh kerajaan-kerajaan Hindu di Nusantara, seperti Kerajaan Mataram Kuno dan Majapahit. Kuil-kuil Hindu yang di bangun di Champa memiliki arsitektur dan ikonografi yang mirip dengan candi-candi di Jawa dan Bali.

Selain itu, masyarakat Champa dan Nusantara memiliki kesamaan dalam tradisi maritim mereka. Seperti halnya kerajaan-kerajaan maritim di Nusantara, Champa memiliki kapal-kapal besar yang di gunakan untuk berdagang dan menjelajah perairan Asia Tenggara. Budaya maritim ini memungkinkan keduanya membangun hubungan yang kuat dan saling berbagi pengetahuan, termasuk dalam pembuatan kapal dan navigasi.

Lihat Juga:  Sejarah Wabah Hitam (1346-1353): Tragedi yang Mengubah Eropa

Pengaruh Politik dan Hubungan Diplomatik

Hubungan antara Champa dan Nusantara bukan hanya sebatas perdagangan dan budaya, tetapi juga mencakup aliansi politik. Pada abad ke-10, misalnya, Champa dan Sriwijaya, kerajaan maritim yang kuat di Sumatra, membentuk aliansi untuk melindungi kepentingan perdagangan mereka dari ancaman kerajaan-kerajaan lain, termasuk dari kekuatan Dinasti Tang di China.

Hubungan di plomatik ini juga di lanjutkan oleh Kerajaan Majapahit pada abad ke-14. Kitab Nagarakretagama menyebut Champa sebagai wilayah yang menjalin hubungan dengan Majapahit. Meski tidak di bawah kekuasaan Majapahit, hubungan diplomatik mereka menunjukkan ikatan kuat di Asia Tenggara.

Perang dengan Kerajaan Tetangga dan Akhir dari Kerajaan Champa

Pada abad ke-15, Kerajaan Champa menghadapi tantangan besar dari Dinasti Dai Viet yang berasal dari Vietnam utara. Peperangan antara Champa dan Dai Viet berlangsung dalam beberapa periode, dan konflik-konflik ini melemahkan kekuatan Champa secara signifikan. Pada tahun 1471, serangan besar-besaran oleh Dai Viet berhasil menghancurkan ibu kota Vijaya dan menandai berakhirnya Kerajaan Champa sebagai kekuatan independen di Asia Tenggara.

Banyak masyarakat Cham melarikan diri ke wilayah lain, termasuk ke Nusantara, khususnya di wilayah Aceh dan Kepulauan Riau. Masyarakat Cham yang menetap di Nusantara membawa serta budaya, bahasa, dan tradisi mereka, yang kemudian menyatu dengan budaya lokal. Hingga saat ini, warisan budaya Cham masih dapat di temukan di beberapa wilayah Nusantara, meskipun jumlahnya kecil.

Warisan Kerajaan Champa dalam Budaya Nusantara

Warisan budaya Champa dapat di lihat dalam berbagai aspek budaya di Nusantara. Salah satu contohnya adalah seni arsitektur candi dan relief yang memiliki kemiripan dengan candi-candi Hindu di Jawa. Selain itu, tradisi maritim dan teknik pembuatan kapal yang di miliki masyarakat Cham turut memberikan pengaruh pada perkembangan teknologi maritim di Nusantara.

Beberapa kelompok etnis di Nusantara juga mengklaim memiliki hubungan leluhur dengan masyarakat Cham. Di Aceh, misalnya, terdapat kelompok etnis yang di sebut sebagai “Orang Cham” yang memiliki sejarah migrasi dari Champa pada masa lalu. Selain itu, terdapat komunitas Cham di wilayah pesisir yang mempertahankan tradisi dan bahasa mereka hingga saat ini.

Kesimpulan

Kerajaan Champa adalah salah satu kekuatan maritim besar di Asia Tenggara yang memiliki pengaruh luas dalam perdagangan, budaya, dan politik. Hubungan erat Champa dan Nusantara membentuk berbagai aspek kehidupan, termasuk agama, seni, dan teknologi maritim. Meski Champa runtuh akibat konflik dengan Dai Viet, warisan budayanya tetap hidup di Nusantara, seperti di Aceh dan Kepulauan Riau.

Sejarah Champa dan hubungannya dengan Nusantara menunjukkan betapa kuatnya jaringan budaya dan perdagangan di Asia Tenggara pada masa lalu. Kedekatan Champa dan kerajaan Nusantara menunjukkan bahwa wilayah ini telah lama terhubung dengan sejarah diplomatik dan perdagangan yang panjang. Penelitian lebih lanjut mengenai Champa dan pengaruhnya di Nusantara akan memperkaya pemahaman kita tentang sejarah dan budaya Asia Tenggara.